Pertamina Inisiatif Pertama di Indonesia, Manfaatkan Minyak Jelantah untuk Energi Berkelanjutan

Selasa, 17 Desember 2024 | 13:25:03 WIB
Pertamina Inisiatif Pertama di Indonesia, Manfaatkan Minyak Jelantah untuk Energi Berkelanjutan

JAKARTA - Kilang Pertamina kini siap mengolah minyak jelantah sebagai langkah inovatif menuju energi berkelanjutan. Dalam upaya meningkatkan bauran energi baru terbarukan (EBT), Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memprediksi bahwa angka tersebut akan mencapai 14,1% hingga akhir Desember 2024. Langkah ini menjadi bagian dari strategi nasional untuk memanfaatkan sumber daya yang lebih ramah lingkungan.

Menurut Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, Eniya Listiani Dewi, hingga pertengahan Desember 2024, capaian bauran energi terbarukan di Indonesia baru mencapai 13,9%. "Proyeksi kami menunjukkan bahwa bauran EBT dapat mencapai sekitar 14,1%," ujar Eniya saat ditemui di Kantor Kementerian ESDM pada Selasa, 17 Desember 2024.

Untuk merealisasikan target tersebut, pemerintah kini fokus pada pembangunan dua pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) di Ijen, Jawa Timur dan Gunung Salak, Jawa Barat dengan total kapasitas sebesar 50 megawatt (MW). PLTP Salak Binari yang dikelola oleh Star Energy dijadwalkan segera beroperasi dengan kapasitas 15 MW, sementara PLTP Ijen yang dimiliki oleh Medco Energi akan menyumbang 35 MW.

Selain itu, Indonesia juga akan mendapatkan tambahan kapasitas EBT dari PLTP Sorik Marapi di Sumatera Utara dengan kapasitas 41 MW. "PLTP Sorik Marapi ini sudah mendapatkan sertifikat laik operasi (SLO) yang diterbitkan pada 15 Desember," tambah Eniya.

Meski demikian, jalan menuju realisasi target EBT 2024 sebesar 19,5% tampaknya masih panjang. Hingga semester I 2024, realisasi bauran energi ini baru mencapai 13,93%. “Jika sampai akhir tahun ini bauran EBT hanya mencapai 14,1%, target yang ditetapkan pemerintah belum tercapai,” lanjut Eniya.

Pada 2025, pemerintah menargetkan bauran EBT meningkat hingga 23%. Untuk mencapai target tersebut, Indonesia memerlukan pembangunan listrik hijau hingga 8.224,1 MW, yang diperkirakan memerlukan investasi sebesar Rp 216 triliun. "Investasi dan komitmen infrastruktur memegang peranan penting dalam pencapaian target ini," ungkap Eniya.

Saat ini, realisasi investasi di subsektor EBTKE hingga semester I 2024 mencapai US$ 580 juta atau sekitar 46,8% dari target 2024 yang sebesar US$ 1,23 miliar (sekitar Rp 19,77 triliun dengan kurs Rp 16.071/US$). Investasi ini mencakup berbagai jenis EBT seperti biomassa, biogas, sampah, panas bumi, air, hidro, baterai, dan lainnya.

Berbagai langkah terus diupayakan untuk meningkatkan kontribusi energi terbarukan. Pengembangan infrastruktur dan teknologi canggih, seperti penggunaan minyak jelantah, merupakan langkah signifikan dalam upaya ini. Pemanfaatan minyak jelantah tidak hanya mengurangi limbah tetapi juga memberikan kontribusi nyata dalam pengurangan emisi karbon.

Langkah ini diharapkan dapat memberikan dampak positif serta menjadi katalis bagi sektor lain untuk mengikuti jejak serupa. "Kita ingin adanya capaian yang lebih jelas lagi dalam sektor energi terbarukan," ujar Eniya, saat menekankan pentingnya investasi dan inovasi yang berkelanjutan.

Dengan tantangan yang ada, serta potensi dan peluang yang terbuka, Indonesia terus mendorong agar visi untuk menjadi negara unggul dalam penggunaan EBT dapat tercapai. Inisiatif seperti pengolahan minyak jelantah diharapkan dapat menginspirasi lebih banyak proyek serupa di masa depan, sebagai wujud nyata dari komitmen berkelanjutan untuk lingkungan yang lebih hijau dan lebih sehat.

Terkini

11 Kamera Digital Sony Terbaru & Terbaik di Indonesia

Sabtu, 20 September 2025 | 23:04:38 WIB

20 Film Kartun Keluarga Terbaik, Wajib Tonton!

Sabtu, 20 September 2025 | 23:04:38 WIB

11 Tempat Makan di Bandung View Bagus, Wajib Mampir!

Sabtu, 20 September 2025 | 23:04:37 WIB

15 Rekomendasi Harga Sofabed Dibawah 1 Juta Terbaru

Sabtu, 20 September 2025 | 23:04:37 WIB