Harga Minyak Mentah dan Batu Bara Terperosok: Dampak Permintaan Lesu di China

Selasa, 17 Desember 2024 | 11:00:29 WIB
Harga Minyak Mentah dan Batu Bara Terperosok: Dampak Permintaan Lesu di China

Senin, 16 Desember 2024, menjadi hari yang penuh tantangan bagi pasar komoditas global, dengan harga minyak mentah dan batu bara masing-masing terpantau merosot akibat permintaan yang melemah dari China. Sebagai importir terbesar di dunia, perubahan dalam pola konsumsi ekonomi raksasa Asia ini memiliki dampak signifikan terhadap harga komoditas global. Pada hari tersebut, harga minyak mentah turun sekitar 0,8 persen sementara batu bara anjlok lebih tajam, yaitu sebesar 1,5 persen.

Harga Minyak Mentah Tertekan

Penurunan harga minyak mentah berjangka disebabkan oleh lemahnya belanja konsumen di China. Negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia ini menghadapi penurunan aktivitas ekonomi, yang diperparah oleh keputusan pending untuk suku bunga oleh Federal Reserve AS. Harga minyak mentah Brent pada penutupan perdagangan Senin tercatat di USD 73,91 per barel, sedangkan minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS mencapai USD 70,71 per barel, keduanya turun sekitar 0,8 persen.

Menurut Reuters, "Penjualan ritel di China lebih lambat dari yang diharapkan, memberikan tekanan pada Beijing untuk meningkatkan stimulus karena menghadapi tarif perdagangan AS di bawah pemerintahan Trump yang kedua."
 

Anjloknya Harga Batu Bara

Di sisi lain, harga batu bara mengalami penurunan yang lebih signifikan. Berdasarkan data dari situs tradingeconomics, harga batu bara turun 1,53 persen dan menetap di USD 128,75 per ton. Penurunan ini menyeret harga batu bara Newcastle hingga menyentuh USD 130 per ton, yang merupakan level terendah sejak April tahun ini. Pelemahan permintaan batu bara termal di China, dikombinasikan dengan fakta bahwa produksi batu bara di negara tersebut mencapai rata-rata 14,27 juta ton per hari pada November, menambah tekanan pada harga.

"Meningkatnya kekhawatiran bahwa stimulus dari China tidak akan mampu memicu pertumbuhan memperkuat tekanan bearish pada harga batu bara termal," jelas salah satu analis pasar. Di sisi lain, preferensi China terhadap tenaga hidroelektrik karena curah hujan tinggi di pusat-pusat manufaktur, turut menekan permintaan batu bara.

Kenaikan Harga Minyak Kelapa Sawit

Berlawanan dengan tren penurunan, harga minyak kelapa sawit (CPO) justru menguat pada penutupan perdagangan Senin, naik 0,44 persen menjadi MYR 4.779 per ton. Harga CPO didorong oleh meningkatnya permintaan dari China menjelang Tahun Baru Imlek, meskipun pengiriman produk minyak sawit Malaysia menurun 9,8 persen untuk paruh pertama Desember dibandingkan periode yang sama bulan sebelumnya. Penurunan produksi akibat hujan lebat di Malaysia juga diperkirakan akan terus berlanjut hingga akhir tahun.

Pasar Nikel dan Timah Beri Pertanda

Komoditas nikel tidak terlepas dari tekanan penurunan harga. Harga nikel tercatat anjlok 1,05 persen menjadi USD 15.708 per ton. Pasokan yang melimpah dari Indonesia, sebagai produsen utama dunia, masih akan berlanjut hingga paruh kedua tahun 2024, yang merupakan dampak dari lonjakan proyek peleburan di Indonesia pasca-larangan ekspor bijih nikel pada tahun 2020.

"Peleburan nikel di Indonesia meningkat dari 4 hingga 44 operasi selama dekade terakhir, mendorong kelebihan pasokan yang memengaruhi pasar global," ujar seorang ahli industri.

Sementara itu, harga timah menunjukkan kenaikan sebesar 0,51 persen, berakhir pada USD 29.246 per ton. Pasar timah diwarnai oleh ketidakpastian permintaan serta tantangan pasokan dari tambang utama di Wa State, Myanmar, yang ketersediaan bijihnya untuk peleburan masih rendah. Meski pasar berharap adanya pemulihan produksi, ketidakstabilan di wilayah tersebut menjadi tantangan yang berkelanjutan.

Ketidakpastian pasar komoditas global saat ini semakin diperburuk oleh dinamika ekonomi China yang sedang bergejolak. Dengan prospek pertumbuhan yang tertekan dan tekanan dari berbagai lini, para pelaku pasar menanti langkah selanjutnya dari pemerintah China serta bagaimana respons pasar internasional terhadap perubahan ini. Optimisme hati-hati tetap diperlukan dalam mengamati bagaimana dinamika ekonomi ini akan berdampak di masa mendatang.

Terkini

11 Kamera Digital Sony Terbaru & Terbaik di Indonesia

Sabtu, 20 September 2025 | 23:04:38 WIB

20 Film Kartun Keluarga Terbaik, Wajib Tonton!

Sabtu, 20 September 2025 | 23:04:38 WIB

11 Tempat Makan di Bandung View Bagus, Wajib Mampir!

Sabtu, 20 September 2025 | 23:04:37 WIB

15 Rekomendasi Harga Sofabed Dibawah 1 Juta Terbaru

Sabtu, 20 September 2025 | 23:04:37 WIB