Ladang angin tertinggi di dunia kini berdiri megah di wilayah Baxoi, Daerah Otonom Xizang, China barat daya. Proyek ini, yang mencapai ketinggian mengesankan 5.305 meter di atas permukaan laut, bukan hanya menorehkan pencapaian teknis yang luar biasa bagi China, tetapi juga dunia. Dengan pendanaan dan pembangunan yang melibatkan beberapa perusahaan, termasuk Datang Xizang Energy Development Co., Ltd, proyek ini menjadi langkah signifikan dalam mendorong penggunaan energi bersih global.
Xu Qiduo, manajer dari ladang angin tersebut, menjelaskan bahwa instalasi ini terdiri dari 20 turbin angin, masing-masing memiliki kapasitas 5 megawatt. "Proyek ini menghasilkan sekitar 223 juta kWh listrik bersih setiap tahun," ungkapnya. Dengan kapasitas tersebut, pembangkit listrik ini cukup untuk memasok kebutuhan listrik tahunan sekitar 230.000 penduduk, menunjukkan kontribusi besarnya terhadap pasokan energi nasional.
Teknologi di Puncak Dunia
Mengoperasikan ladang angin di ketinggian ultratinggi bukanlah tugas mudah. Tempat seperti wilayah Baxoi menuntut turbin yang mampu bertahan dalam kondisi ekstrem, termasuk suhu rendah dan radiasi ultraviolet yang kuat. Losum Tsering, seorang pekerja teknis yang merupakan warga Tibet setempat, menjelaskan bahwa turbin dirancang untuk menahan badai petir dan tantangan cuaca lainnya. "Proyek ini adalah buktinya kemampuan kami untuk beradaptasi dan berkembang di lingkungan yang menantang," tegasnya.
Keberhasilan operasional sejak 31 Oktober ini meraih banyak hal termasuk peningkatan pasokan listrik bagi penduduk setempat. Losum Tsering menyampaikan, "Kami kini menikmati listrik yang stabil tanpa pemadaman berkepanjangan, yang sebelumnya adalah hal yang umum terjadi." Ini menunjukan dampak luas dari proyek ini dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat di sekitar.
Dampak Lingkungan dan Kebijakan Energi Hijau China
Selain manfaat sosial, ladang angin ini juga memberikan kontribusi signifikan terhadap pelestarian lingkungan. Data dari proyek ini menunjukkan penghematan sekitar 73.100 ton batu bara standar per tahun dan pengurangan emisi karbon dioksida sekitar 182.800 ton. Langkah ini selaras dengan tujuan China yang semakin memperkuat posisi sebagai pemimpin dunia dalam inovasi energi bersih.
Dalam beberapa tahun terakhir, Xizang telah melihat ekspansi proyek pembangkit listrik tenaga angin dan energi terbarukan lainnya. Lokasi lain seperti Kota Shannan dan Kota Xigaze telah memulai operasi dan bergabung dengan jaringan listrik nasional. Ini menjadi bukti bahwa Xizang, dengan fokusnya pada ekologi, menyumbang lebih dari 90 persen kapasitas tenaga listrik dari sumber bersih.
Shi Lei, seorang profesor dari Universitas Renmin China, berkomentar tentang pentingnya inisiatif ini. "Tenaga angin memberikan kontribusi vital bagi pengembangan energi bersih di Xizang, melengkapi tenaga surya dan air," jelasnya. Dia menambahkan bahwa proyek di ketinggian ultratinggi ini berpotensi menjadi model bagi instalasi serupa di dataran tinggi lainnya di seluruh dunia.
Masa Depan Energi Angin di China
Dengan semakin meningkatnya tantangan perubahan iklim global, China terus berinovasi dalam teknologi industri hijau. Dengan kapasitas terpasang tenaga angin yang menembus angka 300 juta kW, mengikuti jejak tenaga air dan fotovoltaik, China memimpin dunia dalam kapasitas energi terbarukan, sebagaimana dinyatakan dalam buku putih terbaru, "Pembangunan Hijau China di Era Baru."
Pada tahun 2019, pemerintah China merilis standar nasional untuk turbin angin di dataran tinggi, menetapkan persyaratan teknis untuk turbin di ketinggian antara 2.000 hingga 5.000 meter. Ini menunjukkan komitmen China untuk memanfaatkan sumber daya angin dengan lebih efektif dan efisien.
Dengan pencapaian ini, China tidak hanya mendorong batas-batas teknologi energi tetapi juga menunjukkan arah menuju masa depan yang lebih bersih dan berkelanjutan. Langkah-langkah ini penting dalam pergeseran global menuju energi terbarukan, menunjukkan kemampuan manusia untuk mengatasi tantangan alam melalui inovasi dan semangat kolaboratif.