JAKARTA - Dalam menghadapi kebutuhan energi yang terus meningkat akibat bonus demografi yang sedang dialami Indonesia, Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia (MPR RI), Edhie Baskoro Yudhoyono, mengemukakan pentingnya pengembangan Energi Baru Terbarukan (EBT). Pesan ini disampaikan Edhie Baskoro Yudhoyono, yang akrab disapa Ibas, dalam sebuah diskusi kelompok terarah yang bertema "Pentingnya Kehidupan Berkelanjutan, Gaya Hidup Ramah Lingkungan untuk Masa Depan".
Dalam diskusi tersebut, Ibas menekankan pentingnya transisi dari penggunaan energi fosil menuju energi yang lebih berkelanjutan, seperti hidropower, energi angin, dan energi listrik. "Bonus demografi berarti we need more energy, kita butuh lebih energi. EBT bisa menjadi solusi, sehingga diskusi mengenai transisi dari energi fosil ke energi terbarukan seperti hydro, angin, listrik, dan lainnya perlu untuk kita lakukan. Walaupun bukan berarti fosil tidak dipakai, dan investasi dalam infrastruktur hijau perlu lebih dikembangkan," ujar Ibas di Ruang Rapat Partai Demokrat DPR, pada Kamis, 12 Desember 2024.
Pengembangan EBT dipandang sebagai langkah strategis untuk mencapai kedaulatan energi nasional. Menurut Ibas, potensi EBT di Indonesia sangat besar dan belum dimanfaatkan secara optimal. Oleh karena itu, ia mendorong adanya investasi yang lebih signifikan dalam sektor ini agar Indonesia dapat mengurangi ketergantungan pada energi fosil dan beralih ke sumber energi yang lebih bersih dan ramah lingkungan.
"Saya yakin kita semua dengan kebijakan, program, dan sistem yang baik terukur, terpadu, bisa jadi bagian dari solusi," lanjutnya. Ibas juga menggarisbawahi pentingnya kesadaran dan disiplin masyarakat dalam menjaga kebersihan dan keberlanjutan bumi sebagai upaya kolektif.
Lebih lanjut, Ibas menambahkan bahwa pengembangan EBT bukan hanya sekadar kebutuhan teknis tetapi juga tuntutan moral. Dengan sumber daya alam yang melimpah, Indonesia memiliki peluang besar untuk menjadi pemimpin dalam penggunaan energi terbarukan di kawasan Asia. Namun, hal ini memerlukan komitmen kuat dari semua pihak, termasuk pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat.
Kebijakan yang mendukung pengembangan EBT juga harus sejalan dengan visi pemerintah untuk menciptakan lingkungan yang lebih bersih dan berkelanjutan. Ini termasuk mendorong regulasi yang mendukung inovasi dan investasi di sektor energi terbarukan. Selain itu, infrastruktur hijau juga harus dibangun untuk mendukung keberhasilan transisi ini.
Dalam konteks ini, investasi dalam teknologi dan infrastruktur yang mendukung EBT sangat diperlukan. Penelitian dan pengembangan dalam teknologi energi terbarukan harus ditingkatkan, dengan melibatkan para ahli dan peneliti dari berbagai bidang. Kerjasama internasional juga penting untuk memperoleh teknologi dan pengetahuan terbaru dalam pengembangan EBT.
Ibas juga menyoroti pentingnya memobilisasi masyarakat untuk berpartisipasi dalam transisi menuju energi berkelanjutan. Kesadaran kolektif akan pentingnya energi bersih dan pola hidup ramah lingkungan harus ditingkatkan melalui pendidikan dan kampanye publik. "Sebagai refleksi dan kesimpulan bersama adalah bagaimana kita dapat meningkatkan kesadaran dan disiplin masyarakat tentang tanggung jawab pribadi dan kolektif," tegasnya.
Melalui pendekatan yang holistik dan terpadu, Indonesia dapat memanfaatkan potensi EBT yang dimiliki untuk mencapai kemandirian energi dan berkontribusi dalam upaya global mengurangi emisi gas rumah kaca. Dengan bonus demografi yang dimiliki, momentum ini harus dimanfaatkan untuk menjadikan transisi energi sebagai prioritas nasional. Ini adalah langkah penting menuju Indonesia yang lebih mandiri, berkelanjutan, dan ramah lingkungan di masa depan.