JAKARTA - Upaya pemerintah Indonesia untuk memperkuat sektor hilirisasi semakin gencar. Menyadari potensi besar dari ekosistem baterai kendaraan listrik (electric vehicle/EV) yang sedang berkembang, Menteri Investasi dan Hilirisasi sekaligus Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Rosan Perkasa Roeslani, mengajak negara-negara Eropa untuk turut serta berinvestasi di dalamnya. Hingga saat ini, hanya ada dua negara yang memberikan komitmen untuk berinvestasi dalam sektor ini, dan Rosan berharap Eropa akan segera menyusul.
Rosan menegaskan, hilirisasi merupakan salah satu prioritas utama pemerintah untuk menambah nilai pada berbagai industri. Dari total 28 komoditas yang menjadi target hilirisasi, pemerintah akan lebih memusatkan perhatian pada 5 hingga 6 komoditas yang memiliki dampak signifikan terhadap ekonomi dan masyarakat.
“Salah satu fokus utama kami adalah hilirisasi nikel, komoditas utama yang menjadi kunci dalam pembuatan baterai EV,” ujar Rosan di sela-sela pembicaraan di Kantor Kementerian Investasi/BKPM di Jakarta Selatan. “Kami sudah berada pada tahap awal, dan sejumlah investor telah menunjukkan komitmen yang kuat untuk membangun ekosistem baterai yang lengkap di Indonesia,” tambahnya.
Dalam upaya pengembangan ini, Indonesia sudah mendapatkan komitmen dari Korea Selatan dan China untuk berkontribusi dalam pembangunan ekosistem baterai EV. Kini, Rosan secara aktif mengajak negara-negara Eropa untuk ambil bagian dalam peluang investasi yang dinilai sangat potensial ini.
PT Aneka Tambang Tbk (Antam), salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di sektor pertambangan, juga menjalin kerja sama dengan perusahaan asal China dan Korea Selatan untuk mendirikan pabrik baterai EV. Proyek ini bernilai sekitar Rp 80 triliun atau setara dengan US$ 5,5 miliar, dan Rosan menegaskan bahwa negosiasi dengan perusahaan-perusahaan tersebut sudah mencapai tahap akhir.
“Kami dorong percepatan pendirian pabrik baterai EV ini. Pembicaraan dengan dua perusahaan, satu dari Korea Selatan dan satu lagi dari China, sedang berada dalam tahap finalisasi. Ini adalah langkah signifikan dan kita harapkan dapat segera terealisasi,” jelas Rosan, sembari tetap merahasiakan identitas dari kedua perusahaan tersebut hingga kesepakatan resmi tercapai.
Rosan optimistis bahwa dalam rentang waktu satu hingga dua bulan, kesepakatan dengan kedua perusahaan ini dapat dirampungkan. Hal ini akan memungkinkan implementasi kebijakan yang lebih cepat, yang pada gilirannya akan mendukung pembangunan ekosistem baterai EV yang lebih komprehensif di Indonesia.
“Investasi sebesar ini adalah langkah maju yang krusial dalam menciptakan ekosistem industri baterai di tanah air. Kerja sama dengan PT Aneka Tambang ini tidak hanya memperkokoh posisi Indonesia di sektor pertambangan tapi juga memberikan nilai tambah yang besar melalui hilirisasi nikel,” kata Rosan.
Keberhasilan mengamankan investasi dari Korea Selatan dan China tersebut, diharapkan dapat menjadi daya tarik bagi negara-negara Eropa untuk turut berinvestasi di Indonesia. Rosan menekankan pentingnya kolaborasi internasional dalam mewujudkan industri yang berkelanjutan dan ramah lingkungan, sejalan dengan tren global menuju transisi energi bersih.
Indonesia sendiri memiliki cadangan nikel yang melimpah, memberikan daya tarik utama bagi investor global yang ingin memperkuat rantai pasok baterai EV. Rosan menekankan bahwa Indonesia siap menyambut investor dengan regulasi dan insentif yang mendukung, serta infrastruktur yang terus diperbaiki untuk memenuhi standar internasional.
Dengan strategi yang terencana dan komitmen kuat dari pihak pemerintah, Indonesia berambisi menjadi pusat produksi baterai kendaraan listrik global. Dukungan dari investor Eropa tentunya akan menjadi dorongan besar untuk mewujudkan visi ini, sekaligus mempertegas posisi Indonesia dalam peta industri energi terbarukan dunia.
Strategi dan ajakan investasi ini diharapkan dapat menjawab berbagai tantangan ekonomi, memberikan dampak positif bagi masyarakat, dan menstimulasi pertumbuhan industri yang lebih berkelanjutan.