JAKARTA - Langkah Indonesia menuju kemandirian energi semakin diperkuat dengan rencana serius untuk mengembangkan kendaraan listrik buatan dalam negeri. Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Rosan Roeslani, menegaskan pentingnya langkah ini dengan memanfaatkan kekayaan nikel yang melimpah di Indonesia. Proyek ambisius ini dinilai sangat penting dalam upaya mencapai target net zero emission pada tahun 2060.
Pada rapat terbatas yang digelar di Istana Kepresidenan pada tanggal 6 Februari, Presiden Prabowo Subianto juga menyampaikan dukungannya terhadap pengembangan industri kendaraan listrik nasional. "Bicara potensi dari nikel dan segala macam, sampai ke baterainya sudah ada. Tapi mobilnya kan kita belum ada, mobil listriknya," ujar Rosan. Dengan potensi nikel yang besar, tantangan selanjutnya adalah menciptakan ekosistem kendaraan listrik yang solid di tanah air.
Ketergantungan terhadap Investasi Asing
Saat ini, Indonesia masih menghadapi tantangan besar terkait ketergantungan pada investasi asing untuk pengembangan industri kendaraan listrik. Beberapa pabrikan asing seperti Hyundai, BYD, dan Wuling telah mendirikan pabrik di Indonesia. Namun, keterlibatan lebih besar dari pelaku industri dalam negeri tetap diperlukan. Elon Musk, CEO Tesla Inc., menjadi salah satu sosok yang mengapresiasi potensi pasar Indonesia dalam sektor ini ketika berbicara secara virtual pada B20 Summit menjelang KTT G20 di Bali pada 2022.
Pada saat ini, produksi mobil listrik di Indonesia baru mencapai 1,2 juta unit per tahun, sedangkan target pada 2030 adalah mencapai 2,5 juta unit. "Maung", kendaraan yang diproduksi PT Pindad, juga menjadi sorotan dalam rapat berkaitan dengan potensi pengembangan lebih lanjut. "Intinya masa kita tidak bisa berperan lebih besar dari itu. Jadi kita diminta juga untuk melakukan pengkajian, karena kita sudah ada Maung, ya mungkin nanti ada pengembangan berikutnya," ungkap Rosan.
Potensi dan Tantangan sebagai Produsen Kendaraan Listrik
Menurut Direktur Eksekutif Institute for Essential Service Reform (IESR), Fabby Tumiwa, Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi produsen kendaraan listrik. Sejak era pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono, banyak prototipe kendaraan listrik dari perguruan tinggi telah dihasilkan. "Jadi kalau kita lihat dari usahanya, memang sudah cukup lama untuk menghasilkan mobil listrik. Misalnya Institute Teknologi Sepuluh November (ITS) yang sudah mengeluarkan prototipe."
Namun, ia menekankan pentingnya fokus pada segmen pasar yang tepat. "Yang utama kita kalau mau mengembangkan jangan masuk ke mobil penumpang yang sudah crowded," usul Fabby. Menurutnya, segmen seperti kendaraan pedesaan atau angkutan pedesaan bisa menjadi fokus yang lebih tepat.
Peta Jalan Implementasi
Pengamat ekonomi energi dari Universitas Gadjah Mada, Fahmy Radhi, menekankan perlunya peta jalan yang jelas dari hulu ke hilir jika Indonesia serius ingin memproduksi kendaraan listrik secara mandiri. "Sejak awal harus ada roadmap dari hulu sampai ke hilir," kata Fahmy. Penting untuk memastikan bahwa pengembangan dilakukan di dalam negeri, bukan dengan mengimpor kendaraan dari luar.
Indonesia dapat mengundang investor asing dengan syarat membangun fasilitas produksi di dalam negeri dan melakukan transfer teknologi secara mendalam. "Itu yang saya maksud komprehensif dari hulu ke hilir, vertikal dan juga horizontal. Maka dalam waktu 15 tahun, kita sudah bisa menjadi produsen mobil listrik baik untuk pasar dalam negeri maupun pasar ekspor," tambah Fahmy.
Hilirisasi dan Industrialisasi: Kunci Menuju Negara Maju
Fahmy juga menekankan pentingnya hilirisasi dan industrialisasi dari hulu ke hilir sebagai langkah krusial untuk menjadi negara maju. "Kalau itu sudah tercipta dengan baik, maka pada saat itulah Indonesia akan menjadi negara maju karena pertumbuhan ekonominya ditopang oleh industri manufaktur dan bukan ditopang oleh konsumsi yang saat ini sangat rentan," jelasnya.
Dalam menghadapi tantangan dan memanfaatkan peluang dari perkembangan teknologi global, Indonesia memiliki kesempatan besar untuk memajukan industri kendaraan listrik. Dukungan penuh dari pemerintah dan partisipasi aktif dari industri dalam negeri akan menjadi faktor penentu tercapainya cita-cita besar ini. Dengan kolaborasi yang baik antara pemerintah, pelaku industri, dan investor, Indonesia dapat melaju kencang dalam transisi ke energi terbarukan dan teknologi hijau.