JAKARTA - Dalam upaya mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap impor bahan bakar minyak (BBM), pemerintah mulai menggencarkan pemanfaatan energi hidrogen sebagai alternatif yang menjanjikan. Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (BTKE) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Eniya Listiani Dewi, menyampaikan keyakinannya bahwa hidrogen dapat membantu mewujudkan tujuan besar tersebut.
"Hidrogen bisa dilahirkan atau bisa diproduksi, jadi tidak ada impor. Bisa diproduksi dari air dengan menggunakan elektrolisis atau solar cell dengan konversi menggunakan elektrolisis lalu menghasilkan hidrogen," kata Eniya.
Pemanfaatan hidrogen sebagai bahan bakar tidak hanya berpotensi mengurangi kebutuhan impor BBM tetapi juga berperan penting dalam upaya pemerintah mencapai target Net Zero Emission (NZE) pada tahun 2060. Hal ini penting mengingat sektor transportasi adalah salah satu penyumbang emisi karbon terbesar di Indonesia.
"Jadi di manapun kita berada, bisa menghasilkan hidrogen dan tentu saja tanpa karbon. Maka penurunan karbonnya akan banyak sekali nanti, selama ini pakai BBM yang dari fosil begitu ganti ini akan sangat bisa menurunkan emisi yang luar biasa," lanjut Eniya.
Dalam langkah konkret menuju penggunaan hidrogen secara luas, PLN telah meresmikan Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) Hidrogen pertama di Indonesia yang berlokasi di kawasan PLTD Senayan, Jakarta Selatan. Keberadaan SPBU ini menjadi tonggak penting dalam revolusi energi terbarukan di tanah air.
Optimisme Eniya mengenai masa depan hidrogen sebagai energi utama bukannya tanpa alasan. Penggunaan hidrogen di industri sebenarnya sudah dimulai sejak lama, meski baru terbatas pada produksi barang-barang seperti deterjen, kaca, dan minyak goreng. Kini, hidrogen memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai sumber energi luas yang efisien dan ramah lingkungan.
"Sekarang tidak hanya itu, hidrogen juga bisa dipakai sebagai sumber energi," ujarnya menambahkan.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), nilai impor minyak Indonesia mencapai USD 12,4 miliar sepanjang tahun 2024, dengan 47,78 persen di antaranya digunakan sebagai bahan bakar minyak ringan. Hal ini menunjukkan urgensi untuk segera mencari solusi energi yang lebih berkelanjutan.
Proses produksi hidrogen yang dapat dilakukan melalui elektrolisis air dan pemanfaatan tenaga surya menjadikan hidrogen sebagai pilihan strategis bagi Indonesia, sebuah negara kepulauan yang kaya akan sinar matahari dan memiliki potensi tinggi dalam pembangkitan listrik tenaga surya. Terlebih, hidrogen dapat dihasilkan dan digunakan secara lokal tanpa perlu ketergantungan pada pasokan impor.
Pengembangan lebih lanjut teknologi hidrogen di Indonesia tentunya masih membutuhkan banyak dukungan, baik dari segi infrastruktur maupun regulasi. Namun, optimisme pemerintah untuk menjadikan hidrogen sebagai sumber energi nasional harus diiringi dengan pendidikan serta sosialisasi luas kepada masyarakat mengenai manfaat dan cara penggunaan hidrogen agar transisi ini dapat berjalan mulus.
Langkah ke depan, pemerintah juga diharapkan dapat bersinergi dengan sektor swasta dan akademisi untuk terus berinovasi dalam pengembangan teknologi hidrogen yang lebih efisien dan ekonomis. Kolaborasi lintas sektor menjadi kunci penting dalam menghadapi tantangan transisi energi ini.
Tidak dapat dipungkiri, peralihan ke energi bersih seperti hidrogen merupakan bagian dari komitmen global dalam menangani perubahan iklim. Dengan bergabung dalam gerakan ini, Indonesia tidak hanya dapat mengurangi emisi karbonnya tetapi juga berpotensi untuk menjadi pemimpin regional dalam penggunaan teknologi hidrogen.
Sebagaimana ditegaskan oleh berbagai studi internasional, hidrogen memang dianggap sebagai solusi masa depan dalam menghadapi krisis energi dan lingkungan. Menyadari potensi ini, langkah Indonesia menuju pemanfaatan hidrogen yang lebih luas bukan hanya penting bagi ketahanan energi nasional, tetapi juga memberikan kontribusi signifikan terhadap keberlanjutan planet Bumi.
Kita berharap bahwa dengan adanya implementasi kebijakan yang tepat dan eksekusi yang konsisten, cita-cita untuk mengurangi impor BBM dan mewujudkan energi bersih di Indonesia dapat tercapai dalam waktu dekat. Keberhasilan ini akan memberikan dampak positif bagi perekonomian nasional serta lingkungan yang lebih baik untuk generasi mendatang.