JAKARTA - PT Bank Jago Tbk (ARTO) telah menjelma sebagai salah satu pionir dalam industri perbankan digital Indonesia dengan mengusung inovasi teknologi dan budaya organisasi yang kuat. Kunci kesuksesan tersebut tak lepas dari peran penting Maya Kartika, Head of Culture, Communication, and Sustainability Bank Jago, yang mengedepankan filosofi “grow the people, grow the bank.”
Maya yang memiliki latar belakang psikologi dan pengalaman lebih dari 30 tahun di bidang sumber daya manusia percaya bahwa pertumbuhan sejati sebuah organisasi tidak bisa dipaksakan, melainkan harus tumbuh secara alami melalui kepercayaan, keberanian, dan komitmen bersama. “Seperti tanaman, yang bisa kita lakukan adalah menciptakan kondisi agar mereka tumbuh,” ujarnya dalam pernyataan resmi, Senin, 23 Juni 2025.
Membangun Budaya Organisasi dari Dalam
Di ruang kerjanya yang hangat di kantor pusat Bank Jago, Maya menjelaskan bahwa nilai-nilai inti Bank Jago, seperti life-centricity, fearless creativity, empowered agility, dan purposeful growth bukanlah slogan kosong. Nilai-nilai ini dirumuskan melalui proses refleksi bersama para pendiri dan tim awal, bukan sekadar instruksi dari atas.
“Kami mulai dengan pertanyaan dasar: siapa kita, apa yang penting buat kita, dan bagaimana kita ingin bekerja,” jelas Maya. Dari sinilah budaya kerja yang inklusif dan kolaboratif dibentuk. Struktur organisasi yang sederhana tanpa birokrasi berlapis memungkinkan kolaborasi lintas tim yang efektif, sehingga ide-ide segar mudah muncul dan cepat diimplementasikan.
Contohnya terlihat saat tim Bank Jago mengembangkan sistem Know Your Customer (KYC). Alih-alih bekerja secara tertutup di balik meja, mereka turun langsung ke lapangan, mendengarkan kebutuhan pengguna, dan menjalin kerja sama erat dengan mitra bisnis. “Proses ini penting, karena bukan hanya soal hasil, tapi bagaimana kita sampai ke sana yang mencerminkan nilai kami,” tutur Maya.
Keberagaman sebagai Kekuatan Inovasi
Maya menekankan bahwa perbedaan pendapat dan sudut pandang di dalam tim justru menjadi kekuatan utama Bank Jago. Ia mengibaratkannya seperti senar gitar yang membutuhkan ketegangan berbeda agar menghasilkan nada harmonis. “Kalau semua orang berpikir sama, tidak ada dinamika,” kata Maya.
Menurutnya, perbedaan ini mendorong inovasi selama tetap ada ruang untuk mendengarkan dan menyepakati arah bersama. Ini adalah salah satu prinsip yang membuat Bank Jago tetap gesit dan mampu beradaptasi di industri perbankan digital yang sangat dinamis.
Kepemimpinan yang Melibatkan dan Memberdayakan
Dalam menjalankan perannya, Maya tidak memosisikan diri sebagai pusat keputusan yang mengontrol segalanya. Sebaliknya, ia memilih untuk terlibat dalam ritme organisasi, mendengar langsung aspirasi tim, dan membuka ruang bagi pengembangan karyawan.
“Pemimpin bukan pengendali. Tugas kami membuka jalan dan memastikan orang punya ruang untuk bergerak,” tegas Maya.
Hal ini juga tercermin dalam program internship dan pendidikan talenta muda Bank Jago. Melalui Jago Digital Academy, Bank Jago tak sekadar merekrut generasi muda, tapi juga membimbing mereka dengan pengalaman kerja nyata di industri digital, sehingga mereka siap menghadapi tantangan masa depan.
“Saya peduli pada manusia. Melalui Bank Jago, kami ingin memberikan dampak nyata bagi kehidupan mereka,” kata Maya dengan penuh semangat.
Membangun Organisasi yang Tangguh dan Berkelanjutan
Maya memandang pekerjaannya bukan hanya soal pencapaian hasil instan, melainkan membangun fondasi organisasi yang kokoh. “Kalau ingin bisa mengangkat beban 70 kilo, bukan beratnya yang diubah, tapi yang dibentuk adalah ototnya,” ujarnya. Dengan kata lain, Bank Jago fokus membangun kapasitas dan daya tahan organisasi agar siap menghadapi segala tantangan industri.
Ia juga menekankan pentingnya semangat belajar terus-menerus. Pekerjaan di Bank Jago dianggap sebagai ruang ekspresi yang menggabungkan pikiran, emosi, dan makna. “Saya merasa hidup ketika bisa berpikir, berhubungan dengan orang lain, dan melihat dampaknya nyata,” tutup Maya.
Kesuksesan Bank Jago sebagai pemain utama di perbankan digital Indonesia tidak semata karena teknologi mutakhir, tapi juga budaya organisasi yang dibangun dari dalam oleh pemimpin visioner seperti Maya Kartika. Melalui pendekatan human-centric dan kolaboratif, Bank Jago mampu berinovasi dengan cepat, memberdayakan talenta muda, serta menciptakan lingkungan kerja yang sehat dan adaptif.
Model kepemimpinan yang mengedepankan kepercayaan, keberanian, dan keterlibatan aktif karyawan ini menjadi contoh nyata bagaimana bank digital dapat bertumbuh berkelanjutan di tengah persaingan ketat dan dinamika pasar yang terus berubah.
Dengan fondasi ini, Bank Jago diperkirakan akan terus memperkuat posisinya sebagai pelopor dalam perbankan digital di Tanah Air, sekaligus menginspirasi institusi lain untuk menempatkan manusia sebagai pusat inovasi dan pertumbuhan.