YOGYAKARTA - PT Bukit Asam Tbk (PTBA), perusahaan tambang batu bara dengan reputasi internasional, bersama-sama dengan Universitas Gadjah Mada (UGM), salah satu universitas terkemuka di Indonesia, meluncurkan program penelitian dan pengembangan (research and development/R&D) yang inovatif. Program ini berfokus pada transformasi batu bara kalori rendah menjadi asam humat, sebuah zat yang memiliki potensi besar dalam dunia pertanian dan lingkungan.
Menurut Direktur Utama PT Bukit Asam Tbk, Arsal Ismail, kolaborasi ini merupakan bagian dari strategi perusahaan untuk mempercepat transformasi menjadi entitas energi global yang ramah lingkungan. “Penelitian dan pengembangan batu bara menjadi asam humat merupakan salah satu upaya kami untuk menghadirkan produk turunan dari batu bara, sehingga sejalan dengan kebijakan pemerintah yang mendorong hilirisasi guna meningkatkan nilai tambah di dalam negeri,” ujar Arsal dalam keterangan persnya, Selasa, 17 Desember 2024.
Keberhasilan dalam mengembangkan asam humat dari batu bara tak hanya terkait aspek komersial. Arsal menjelaskan bahwa inisiatif ini turut mendukung program Asta Cita pemerintah dalam mencapai swasembada pangan, sebuah prioritas nasional. Dengan mengolah batu bara menjadi asam humat, PTBA berkontribusi dalam memenuhi kebutuhan pupuk domestik, yang pada akhirnya akan memperkuat ketahanan pangan nasional. “Purwarupa asam humat ini adalah awal dari perjalanan panjang menuju pengembangan produk yang bernilai tinggi. Kami optimis bahwa inovasi ini akan memberikan manfaat besar tidak hanya dari sisi ekonomi, tetapi juga untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan mendukung pembangunan berkelanjutan,” tambah Arsal.
Asam humat, yang telah dikenal luas dalam dunia pertanian sebagai bahan pembenah tanah, diharapkan dapat memberikan manfaat signifikan bagi lahan pertanian di Indonesia. Koordinator Tim Peneliti UGM, Ferian Anggara, menyampaikan hasil positif dari riset awal. Batu bara kalori rendah asal IUP Peranap terbukti dapat diolah menjadi asam humat berkualitas tinggi. “Asam humat yang dihasilkan dari batu bara kalori rendah dapat meningkatkan kesuburan tanah, menstabilkan dan memperbaiki tanah,” jelas Ferian.
Ferian menambahkan, asam humat ini memiliki potensi untuk menghidupkan lahan-lahan kritis di Indonesia. Peningkatan unsur hara dan penyesuaian kadar pH tanah adalah beberapa manfaat yang ditawarkan penggunaan asam humat. “Dengan produksi asam humat, kita dapat memanfaatkan lahan-lahan kritis. Kita bisa menggunakan komposisi asam humat untuk penambah unsur hara dan menyesuaikan kadar pH tanah,” lanjut Ferian.
Selain dampak positif terhadap lingkungan dan pertanian, proyek ini juga diharapkan memberikan kontribusi terhadap kesejahteraan masyarakat. “Semoga dengan inovasi yang kita ciptakan, sumber daya batu bara yang luar biasa besar di Indonesia dapat kita manfaatkan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat Indonesia,” pungkas Ferian.
Kolaborasi ini mencerminkan upaya nyata antara industri dan akademisi untuk memanfaatkan sumber daya alam Indonesia secara optimal, selaras dengan tujuan pembangunan berkelanjutan. Dengan dukungan teknologi dan penelitian lanjutan, asam humat dari batu bara bisa menjadi solusi efektif untuk berbagai tantangan lingkungan dan pertanian di masa depan.
Dengan potensi hilirisasi seperti ini, Indonesia diharapkan bisa mengurangi ketergantungan pada produk impor dan meningkatkan daya saing di pasar global. Ini bukan hanya soal pencapaian teknologi, namun juga langkah maju menuju ekonomi hijau yang berkelanjutan.