Nikel

Harga Nikel di Indonesia Naik Pesat Ditengah Kelebihan Pasokan: Analisis Pergerakan dan Proyeksi Pasar

Harga Nikel di Indonesia Naik Pesat Ditengah Kelebihan Pasokan: Analisis Pergerakan dan Proyeksi Pasar
Harga Nikel di Indonesia Naik Pesat Ditengah Kelebihan Pasokan: Analisis Pergerakan dan Proyeksi Pasar

JAKARTA - Meski tengah dihadapkan pada kelebihan pasokan di pasar global, harga nikel mengalami peningkatan signifikan pada penutupan perdagangan Kamis, 12 Desember 2024. Berdasarkan data dari situs tradingeconomics, harga nikel naik sebesar 2,18 persen, mencapai USD 16.176 per ton. Situasi ini menarik perhatian para pelaku pasar mengingat Indonesia sebagai pemasok utama dunia saat ini mengalami surplus produksi nikel.

Kenaikan harga nikel ini terjadi di tengah pandangan industri bahwa kelebihan pasokan yang sedang berlangsung kemungkinan akan berlanjut hingga tahun depan. Pasokan melimpah dari Indonesia, yang merupakan negara pemasok terbesar, diprediksi bertahan hingga paruh kedua tahun 2024. "Kelebihan pasokan disebabkan oleh lonjakan inisiatif peleburan dari China di Indonesia, terutama setelah larangan ekspor bijih nikel oleh pemerintah Indonesia pada tahun 2020," ujar seorang analis pasar yang enggan disebutkan namanya.

Kapasitas Produksi Indonesia Menjadi Faktor Kunci

Indonesia saat ini menampung 44 operasi peleburan nikel hingga bulan September, meningkat dramatis dari hanya empat operasi satu dekade yang lalu. Hal ini mendorong kebijakan otoritas Indonesia untuk mempertimbangkan penerapan kuota produksi pada peleburan untuk menjaga keseimbangan harga di pasar global. Langkah ini dipandang strategis dalam mempertahankan stabilitas pasar nikel dunia.

Namun, tantangan bagi industri nikel juga datang dari inovasi teknologi. Produsen baterai di China, yang menjadi salah satu konsumen terbesar nikel, mulai mengadopsi teknologi baru yang tidak memerlukan nikel sebagai bahan baku, mengurangi prospek permintaan logam ini di masa depan.

Pasar Minyak Mentah dan Tren Harga

Sementara itu, harga minyak mentah cenderung stabil pada penutupan perdagangan Kamis. Minyak mentah Brent turun tipis 0,15 persen menjadi USD 73,41 per barel, sedangkan minyak West Texas Intermediate (WTI) AS mengalami penurunan 0,38 persen menjadi USD 70,02 per barel. Kondisi ini lebih banyak disebabkan oleh proyeksi pasokan yang cukup melimpah di pasar, namun masih ada dorongan positif dari ekspektasi penurunan suku bunga oleh Federal Reserve.

Fluktuasi Batu Bara dan Crude Palm Oil (CPO)

Di sisi lain, komoditas batu bara mengalami penguatan harga sebesar 0,38 persen, menetap di USD 133,00 per ton pada penutupan perdagangan Kamis. Pasar batu bara global saat ini dihadapkan pada tantangan pasokan yang melimpah dari beberapa negara produsen utama. Dampaknya, sejumlah negara seperti Korea Selatan, Jepang, dan Taiwan memangkas impor batu bara termal secara signifikan.

Harga CPO juga terpantau mengalami kenaikan sebesar 0,37 persen, mencapai MYR 4.938 per ton. Meskipun demikian, pasar CPO berhadapan dengan kekhawatiran permintaan dari China yang mungkin melemah akibat persaingan harga minyak kedelai yang lebih kompetitif.

Kenaikan Harga Timah di Tengah Volatilitas Pasar

Terakhir, harga timah terpantau naik sebesar 0,61 persen mencapai USD 29.957 per ton. Pasar timah mendapat tekanan dari melemahnya nilai Yuan yang dapat berdampak pada harga ekspor timah dari China. Di sisi produksi, aktivitas yang lebih rendah dari perkiraan di tambang timah Myanmar turut mempengaruhi pasokan bijih timah, menambah dinamika di pasar global.

Secara keseluruhan, pasaran komoditas saat ini didorong oleh berbagai faktor kompleks termasuk kebijakan ekonomi global, inovasi teknologi, dan dinamika pasokan. Pengamat pasar menyarankan agar pelaku industri secara aktif memantau perkembangan ini untuk membuat keputusan strategis di tengah gejolak pasar. "Dengan kondisi pasar yang sangat dinamis, strategi terbaik adalah tetap waspada dan adaptif terhadap perubahan global," pungkas analis komoditas tersebut.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index