Tarif asuransi pertambangan di Asia diperkirakan akan mengalami penurunan satu digit pada tahun 2024, terutama untuk risiko tanggung jawab yang ditempatkan di pasar domestik, menurut laporan terbaru dari Marsh's Mining Market Update 2024. Tren ini mencakup perubahan dalam penilaian risiko dan penyesuaian tarif di berbagai negara di Asia, dipengaruhi oleh perbedaan regulasi dan batas tanggung jawab.
Kompetisi Harga dan Pengaruh Regulasi
Menurut laporan yang dilansir dari Insurance Asia pada Senin, 9 Desember 2024, regulasi yang berbeda dan batas tanggung jawab yang rendah, yang dikelola melalui perjanjian atau pembagian risiko, telah membuat harga di pasar lokal menjadi lebih kompetitif. Dampak ini dirasakan paling kuat di pasar yang mampu menyeimbangkan antara pengelolaan risiko dengan kebijakan asuransi yang fleksibel.
Di Singapura, misalnya, tarif reasuransi properti mengalami penurunan untuk risiko yang dikelola dengan baik, terutama di luar zona bencana alam besar (NatCat). Namun, tidak semua sektor mengalami penurunan tarif. Operasi berisiko tinggi menghadapi kenaikan tarif hingga lima persen. Meski demikian, dalam situasi yang penuh tantangan ini, ada peningkatan dalam cakupan kerusakan mesin, NatCat, tailing, dan kerugian bawah tanah yang masih terbatas.
"Pasar asuransi di Singapura berusaha menyeimbangkan antara risiko dan premi, terutama dengan mempertimbangkan pertimbangan ESG seperti pemantauan fasilitas penyimpanan tailing (TSF) dan perlindungan komunitas," ungkap seorang sumber di industri asuransi.
Dinamika Pasar Indonesia dan China
Di Indonesia, tarif properti relatif stabil atau mengalami sedikit penurunan untuk risiko non-batu bara, sedangkan dukungan untuk risiko batu bara menurun seiring dengan arahan dari reasuradur. Ini memperketat kapasitas pasar lokal dan memicu kenaikan tarif reasuransi internasional. Pembatasan jumlah peserta co-insurance hingga delapan reasuradur juga turut mempengaruhi dinamika pasar ini.
"Perubahan ini mencerminkan kebutuhan untuk menyesuaikan tarif dengan kondisi pasar dan risiko yang lebih spesifik di Indonesia," kata seorang analis industri.
Di China, pasar asuransi menghadapi kenaikan tarif reasuransi sebagai akibat dari pengurangan dukungan kontraktual dari reasuradur utama. Hal ini menyebabkan peningkatan permintaan akan kapasitas reasuransi internasional yang lebih mahal. Batasan cakupan untuk kejadian seperti pemogokan, kerusuhan, dan terorisme semakin diperketat meskipun permintaan meningkat.
Tantangan dan Adaptasi Pasar Australia
Australia menghadapi tantangan besar setelah kerugian yang ditimbulkan oleh cuaca ekstrem pada tahun 2023. Kejadian ini meningkatkan pengawasan terhadap kebijakan polis, terutama yang terkait dengan eksposur NatCat. Namun, pasar domestik tetap berkomitmen pada pertumbuhan dengan memperkenalkan langkah-langkah baru seperti penetapan batas harga guna menghadapi volatilitas harga komoditas.
"Peningkatan langkah-langkah kebijakan ini didesain untuk memperkuat daya tahan pasar dalam menghadapi tantangan lingkungan yang semakin kompleks," ujar seorang pejabat senior di sektor asuransi.
Prospek dan Konklusi
Secara keseluruhan, penurunan tarif asuransi pertambangan di Asia menggambarkan usaha untuk menyesuaikan persyaratan pasar dengan realitas risiko dan tekanan ekonomi. Dengan perbedaan regional yang bervariasi, setiap negara menghadapi tantangan unik dalam mengelola tarif dan risiko. Dalam konteks global, adaptasi terhadap faktor-faktor eksternal seperti ESG dan perubahan iklim juga turut mempengaruhi strategi underwriting para pelaku pasar.
Bagi para pelaku industri, perkembangan ini menegaskan pentingnya memahami tren dan kebijakan asuransi yang terus berkembang, agar dapat menavigasi kompleksitas pasar yang ada. Masih banyak tantangan di depan, namun dengan adaptasi dan kebijakan yang tepat, pasar asuransi di Asia dapat mengoptimalkan peluang yang ada sambil meminimalisasi risiko.