JAKARTA - Indonesia terus berupaya meningkatkan penggunaan energi baru terbarukan (EBT) sebagai bagian dari komitmen global untuk mengurangi emisi karbon dan ketergantungan pada bahan bakar fosil. Pada 2024, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat bahwa kapasitas terpasang pembangkit energi terbarukan di Indonesia akan mencapai 15,1 Gigawatt (GW), yang setara dengan 15% dari total kapasitas listrik terpasang.
Menteri ESDM, Bahlil Lahadalia, mengungkapkan bahwa total kapasitas pembangkit listrik di Indonesia hingga 2024 diproyeksikan mencapai 101,1 GW. "Dari total tersebut, 86 GW atau sekitar 85% merupakan pembangkit berbasis fosil seperti batu bara, gas, dan bahan bakar minyak (BBM). Sisanya, sebesar 15%, akan berasal dari pembangkit energi baru terbarukan," jelas Bahlil.
Berikut adalah gambaran rinci mengenai bauran energi di beberapa wilayah Indonesia:
Sumatera: Pemimpin Bauran Energi Terbarukan
Sumatera menempati posisi teratas dalam penggunaan EBT dengan sebuah catatan mengesankan. Hingga 2024, wilayah ini memiliki kapasitas pembangkit EBT sebesar 6,2 GW, menyumbang 33% dari total pencapaian energi terbarukan di Indonesia. Sementara itu, 86% dari total kapasitas pembangkit di Sumatera masih didominasi oleh pembangkit fosil.
Sulawesi: Posisi Kedua dalam Bauran EBT
Sulawesi berada di urutan kedua, dengan bauran energi terbarukan sebesar 20%. Total kapasitas pembangkit EBT di wilayah ini mencapai 2,5 GW, sedangkan sisanya sebesar 80% atau 10,3 GW berasal dari pembangkit fosil. Model bauran ini menunjukkan peningkatan pengembangan energi terbarukan di wilayah tersebut, meskipun masih bergantung pada sumber daya fosil untuk memenuhi kebutuhan energi lokal.
Kalimantan: Perubahan Menuju Energi Berkelanjutan
Kalimantan berada di posisi ketiga dengan bauran EBT sebesar 14% atau 0,8 GW dari total kapasitas. Namun, dominasi pembangkit energi fosil masih sangat besar, mencapai 86% atau 4,7 GW dari total kapasitas terpasang. Peningkatan proporsi energi terbarukan di Kalimantan menjadi bagian penting dari transisi energi di Indonesia.
Jawa: Kapasitas Terbesar dengan Bauran EBT Kecil
Pulau Jawa, meskipun memiliki kapasitas total pembangkit terbesar di Indonesia sebesar 54,5 GW, hanya 10% atau 5,3 GW di antaranya berbasis energi terbarukan. Sisa 90% kapasitasnya, yaitu 49,2 GW, masih bergantung pada pembangkit berbasis fosil. Jawa menghadapi tantangan besar dalam meningkatkan bauran energi terbarukan karena tingginya konsumsi energi dan ketergantungan pada pembangkit fosil.
Papua: Tantangan Terbesar untuk Bauran EBT
Di posisi terakhir, Papua menghadirkan tantangan besar terkait pengembangan energi terbarukan. Saat ini, hanya 3% atau sebesar 0,3 GW dari kapasitas pembangkit di Papua adalah berbasis EBT, dibandingkan dengan 97% atau 9,5 GW dari energi fosil. Papua memerlukan perhatian lebih dalam pengembangan infrastruktur dan peningkatan kapasitas EBT untuk memanfaatkan potensi energi terbarukan yang ada.
Upaya dan Tantangan Menuju Target EBT
Indonesia telah menunjukkan kemajuan signifikan dalam meningkatkan kapasitas energi terbarukan dalam beberapa tahun terakhir. Namun, untuk mencapai target bauran energi terbarukan sebesar 23% pada 2025, masih banyak tantangan yang harus diatasi. Investasi dalam infrastruktur, perumusan kebijakan yang mendukung, dan pengembangan teknologi baru terbarukan menjadi langkah kunci dalam realisasi tujuan ini.
Bahlil Lahadalia menekankan pentingnya kerjasama dalam mengembangkan energi terbarukan sebagai bagian dari upaya kolektif Indonesia dalam mencapai target dan menjaga keseimbangan ekologi. "Indonesia memiliki potensi besar dalam energi terbarukan, dan kita harus mengoptimalkan peluang ini," ujarnya menambahkan.
Melalui pengembangan jaringan listrik yang lebih efisien, diversifikasi sumber daya energi, dan partisipasi aktif dari pemerintah, industri, dan masyarakat, Indonesia dapat mencapai pertumbuhan yang lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan. Pemanfaatan sumber daya lokal, seperti tenaga surya, angin, dan biomassa, akan menjadi pilar utama dalam membangun masa depan energi Indonesia yang lebih bersih dan lebih hijau.
Upaya peningkatan kapasitas EBT ini tidak hanya berfokus pada pengembangan teknologi dan kapasitas infrastruktur tetapi juga pada penguatan perencanaan strategis dan komitmen politik untuk mendorong investasi dan inovasi dalam sektor energi terbarukan.
Dengan langkah adaptif dan komprehensif, Indonesia dapat memimpin transisi energi di Asia Tenggara, menempatkan negara sebagai pemain kunci dalam arena global untuk energi bersih dan teknologi hijau.