Petani

Harga Gabah Turun Drastis, Petani Aceh Besar Menjerit: Harapan Panen Sirna

Harga Gabah Turun Drastis, Petani Aceh Besar Menjerit: Harapan Panen Sirna
Harga Gabah Turun Drastis, Petani Aceh Besar Menjerit: Harapan Panen Sirna

JAKARTA  – Di Kecamatan Simpang Tiga, Kabupaten Aceh Besar, keresahan terasa di kalangan petani seiring menurunnya harga gabah yang jauh dari ekspektasi dan standar harga pemerintah saat musim panen. Keadaan ini menimbulkan keluhan dari para petani setempat yang harus menghadapi kenyataan bahwa harga gabah mereka tidak sejalan dengan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) yang telah ditetapkan.

Dalam regulasi yang dikeluarkan oleh Badan Pangan Nasional melalui Keputusan Nomor 2 tahun 2025, HPP gabah ditetapkan pada angka Rp6.500 per kilogram. Namun, di sisi lapangan, kenyataan berbicara lain. Petani di Aceh Besar mendapati harga gabah dijual hanya berkisar antara Rp6.000 hingga Rp6.200 per kilogram. Kondisi ini jelas merugikan petani yang telah bersusah payah mengelola ladang mereka.

Rosmaini, seorang petani berusia 53 tahun asal Gampong Ateuk Lampeuot, mengungkapkan rasa kecewanya ketika mengetahui harga gabah jauh dari yang diharapkan. Sebagai seorang pengelola lahan pertanian milik orang lain, Rosmaini berharap panennya dihargai sesuai ketetapan pemerintah. “Sawah ini punya orang lain yang saya kelola. Saya berharap harga yang bagus, untuk bisa mendapat keuntungan pada musim tanam ini,” ujar Rosmaini.

Kekecewaannya semakin dalam karena musim tanam sebelumnya menghadapi kegagalan panen akibat kekeringan. Kini, saat seharusnya menebus kerugian tersebut dengan harga gabah yang sepadan, harapan itu kembali pupus. “Panen kali ini harusnya janganlah harganya turun terus, kapan kami para petani ini bisa untung jika harga jual saat panen selalu turun,” keluh Rosmaini.

Menanggapi keresahan ini, Bulog Aceh mengambil langkah cepat dengan menurunkan tim untuk memonitor situasi di lapangan. Mereka berkunjung ke Kecamatan Simpang Tiga dan datang langsung ke kantor Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) setempat untuk berinteraksi dengan para penyuluh pertanian mengenai mekanisme penyerapan gabah. Langkah ini dilakukan untuk memastikan bahwa petani bisa menjual hasil panennya sesuai HPP tanpa melalui perantara.

Utusan dari Bulog Aceh, Mahlizar, menjelaskan komitmen mereka dalam mendukung petani dengan menyerap gabah seharga Rp6.500 per kilogram. “Kita dari Bulog siap menyerap gabah dari petani dengan harga Rp6.500 per kilogram. Begitu panen, petani bisa langsung menghubungi kami bisa melalui penyuluh pertanian setempat, dan kami langsung mengirim tim untuk menjemput hasil panen padi petani di lokasi panen,” tegas Mahlizar.

Ia menambahkan bahwa inisiatif ini bertujuan untuk meringankan beban biaya transportasi bagi petani. “Kami akan jemput langsung gabah ke petani agar tidak menambah beban transportasi angkutan petani. Terkait biaya kita akan coba transfer langsung ke rekening petani,” ujarnya, menggarisbawahi niatan Bulog untuk mendukung kesejahteraan petani setempat.

Khaidir SP, Koordinator BPP Simpang Tiga, juga menyambut baik langkah Bulog Aceh. Ia menilai, kunjungan langsung tim Bulog Aceh ke lapangan dapat mengurangi informasi yang simpang siur terkait harga gabah di kalangan petani. Khaidir menegaskan pentingnya langkah ini untuk memberikan kejelasan kepada petani mengenai harga yang seharusnya mereka terima. “Selama ini petani kita menjualnya Rp6.000 kepada agen pengumpul, paling mahal Rp6.200, itupun sangat sulit,” jelas Khaidir.

Masalah ini semakin diperparah dengan keberadaan agen pengumpul yang sering memberikan alasan demi menekan harga. Mereka kerap menggunakan alasan standar kualitas, seperti gabah yang masih basah atau kadar air yang tinggi, sebagai dasar untuk menawarkan harga yang lebih rendah. Selain tuntutan kualitas, kebutuhan mendesak para petani untuk mendapatkan uang tunai guna membayar biaya memanen dan mengangkut hasil panen membuat mereka bergantung pada agen yang bersedia memberikan penawaran saat itu juga. 

“Agen dengan berbagai alasan hukum dagangnya, seperti gabahnya masih basah atau kadar airnya masih tinggi, selain itu petani juga perlu uang cash segera untuk bayar ongkos potong dan ongkos angkut, dan disinilah ketergantungan petani kepada agen yang selalu berada di lokasi panen saat panen tiba,” pungkas Khaidir.

Dengan adanya langkah proaktif dari Bulog dan dukungan dari BPP, harapannya adalah kondisi pasar gabah di Aceh Besar dapat segera stabil dan memberikan keuntungan yang lebih adil bagi petani. Melalui pendekatan kolaboratif ini, diharapkan harga gabah dapat lebih terkontrol dan memberikan dampak positif terhadap kesejahteraan petani di wilayah tersebut. Para petani berharap upaya-upaya yang dilakukan tidak hanya secara sementara tetapi bisa membawa perubahan jangka panjang dalam tata niaga gabah di daerah mereka.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index