JAKARTA - Keseriusan perbankan nasional dalam mendukung agenda keberlanjutan kembali ditunjukkan PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN).
Perseroan resmi bergabung dengan Partnership for Carbon Accounting Financials (PCAF), sebuah inisiatif global lembaga keuangan untuk memperkuat akuntabilitas atas emisi karbon. Langkah ini menandai kontribusi BTN dalam mendukung target Indonesia mencapai net zero emission pada 2060.
PCAF merupakan wadah kolaborasi global yang memungkinkan lembaga keuangan mengukur, menilai, sekaligus melaporkan emisi gas rumah kaca (GRK) dari aktivitas pinjaman maupun investasi.
Pendekatan ini sangat relevan dengan misi BTN untuk mengedepankan prinsip environmental, social, and governance (ESG) di seluruh lini bisnisnya. Dengan bergabungnya BTN, kejelasan peta jalan transisi energi dan pembiayaan berkelanjutan di sektor perbankan semakin nyata.
Sejak resmi diperkenalkan pada 2019, PCAF telah menarik lebih dari 600 lembaga keuangan dari enam benua.
Pertumbuhan pesat partisipasi terlihat di kawasan Amerika Utara, Amerika Latin, Eropa, Afrika, hingga Asia-Pasifik. Kini, BTN menjadi salah satu perbankan di Indonesia yang mengambil bagian dalam kolaborasi global tersebut.
Perkuat Transparansi Emisi Karbon
Direktur Risk Management BTN, Setiyo Wibowo, menjelaskan bahwa bergabungnya BTN ke PCAF bertujuan memperkuat transparansi dan akuntabilitas.
Terutama dalam hal pelaporan financed emissions atau emisi karbon yang timbul dari kegiatan pembiayaan oleh perseroan. Dengan cara ini, BTN berkomitmen menghadirkan pelaporan yang terukur, standar, dan dapat dipertanggungjawabkan.
“Kami berkomitmen mendukung transisi Indonesia menuju ekonomi berkelanjutan. Inisiatif ini kami umumkan pada Hari Ozon Internasional sebagai bagian dari upaya kolektif untuk menjaga atmosfer bumi,” ujar Setiyo. Menurutnya, keterlibatan BTN sejalan dengan agenda global dalam mengurangi jejak karbon.
Selain untuk kepentingan internal, langkah BTN bergabung dengan PCAF juga diharapkan memberi contoh bagi perbankan lain di Tanah Air. Transparansi emisi karbon tidak hanya menjadi kebutuhan reputasi, tetapi juga sarana membangun kepercayaan investor.
Hal ini terutama bagi mereka yang semakin fokus pada aspek ESG dalam menyalurkan modalnya.
Kerangka Paris Agreement
Dalam keterangannya, Setiyo menuturkan PCAF telah mengembangkan Strategic Framework for Paris Alignment. Kerangka kerja ini berfungsi membantu lembaga keuangan memahami proses menuju net zero emission pada 2050. Komitmen tersebut sejalan dengan Paris Agreement yang menjadi rujukan global dalam pengendalian perubahan iklim.
Dengan mengadopsi kerangka ini, BTN akan memiliki panduan yang jelas dalam mengarahkan portofolio pembiayaannya. Implementasi standar yang seragam juga memudahkan bank untuk membandingkan hasil, sekaligus memperkuat posisi di mata pemangku kepentingan. BTN menilai, langkah ini penting untuk mengukur sejauh mana strategi pembiayaan selaras dengan agenda iklim global.
Kehadiran BTN di dalam PCAF menambah bobot inisiatif ini di kawasan Asia. Sebagai salah satu bank yang fokus pada sektor perumahan, BTN memiliki peluang besar untuk memperkenalkan pembiayaan hijau di sektor properti. Hal ini sekaligus menegaskan komitmen perseroan terhadap pembangunan berkelanjutan.
Arah BTN Menuju Net Zero 2060
Bergabungnya BTN dengan PCAF dipandang sebagai wujud konsistensi mencapai target net zero financed emissions pada 2060. Target ini merupakan bentuk tanggung jawab bank dalam menekan emisi dari portofolio pembiayaan, bukan hanya dari operasional internal. Dengan strategi yang lebih terarah, BTN siap menjalankan agenda transisi energi secara bertahap.
“BTN meyakini bahwa pembiayaan yang bertanggung jawab, dipadukan dengan pelaporan yang transparan, merupakan kunci untuk menuju target net zero financed emissions 2060,” tutur Setiyo. Hal ini menandai adanya integrasi antara bisnis pembiayaan dan komitmen lingkungan. Dengan begitu, BTN dapat tetap tumbuh tanpa mengabaikan aspek keberlanjutan.
Penerapan net zero financed emissions difokuskan pada pembiayaan yang rendah emisi dan mendukung transisi ekonomi pemerintah. Salah satu prioritas utama adalah perumahan rendah emisi yang sejalan dengan fokus ESG BTN. Inisiatif ini dipandang relevan dengan kondisi pasar, sekaligus menjawab kebutuhan konsumen yang semakin peduli terhadap isu lingkungan.
ESG Sebagai Fokus Strategis
BTN telah lama menjadikan prinsip ESG sebagai bagian dari strategi bisnis. Dengan langkah ini, BTN tidak hanya menyalurkan pembiayaan, tetapi juga memastikan bahwa dana yang diberikan mendukung agenda hijau pemerintah. Terutama pada sektor properti, energi, dan pembangunan infrastruktur ramah lingkungan.
Langkah bergabungnya BTN ke PCAF semakin menegaskan arah baru dunia perbankan di Indonesia. Kini, perbankan bukan hanya dituntut menghasilkan keuntungan finansial, tetapi juga berperan dalam mengurangi dampak perubahan iklim. BTN menempatkan dirinya sebagai pionir di sektor pembiayaan perumahan yang berorientasi pada keberlanjutan.
Dukungan pemerintah terhadap transisi energi juga menjadi faktor penting dalam memperkuat posisi BTN. Dengan partisipasi aktif dalam forum global, BTN memperlihatkan keseriusannya mengikuti perkembangan standar internasional. Hal ini diharapkan meningkatkan daya tarik bagi investor asing yang mengedepankan prinsip hijau.
Melalui keikutsertaannya dalam PCAF, BTN semakin menegaskan komitmen pada agenda global pengurangan emisi karbon. Upaya ini bukan sekadar simbolis, melainkan langkah nyata dalam memperkuat transparansi, akuntabilitas, dan implementasi pembiayaan berkelanjutan. Transparansi emisi menjadi salah satu kunci untuk menjaga kepercayaan pemangku kepentingan.
Dengan fokus pada perumahan rendah emisi, energi terbarukan, dan sektor strategis lain, BTN berkontribusi langsung terhadap transisi ekonomi hijau di Indonesia. Pembiayaan yang bertanggung jawab dipadukan dengan standar global menjadi modal untuk mencapai target net zero 2060.
BTN percaya, bergabung dengan PCAF akan memberikan arah yang lebih jelas untuk mengukur dampak pembiayaannya. Langkah ini memperkuat peran BTN sebagai agen pembangunan yang tidak hanya memajukan ekonomi, tetapi juga menjaga keberlanjutan lingkungan.